Biografi KH. Yahya Cholil Staquf

82

bertemu dengan Presiden Reuven "Ruvi" Rivlin dan juga

menyampaikan bahwa Presiden Ruvi tidak mau didahului

oleh Perdana Menteri Netanyahu. Maka, pertemuan

dengan Presiden Ruvi pun kemudian diagendakan pada

hari rabu.

Gus Yahya menyampaikan kepada para kiai bahwa

semua yang ia lakukan tersebut adalah untuk mendapatkan

berbagai macam akses ke lingkaran strategis internasional.

Ia memandang bahwa selama ini Indonesia belum

mendapatkan leverage apa pun di panggung internasional.

Kedua, sebagai komunitas Muslim terbesar di

Indonesia bahkan di dunia, NU harus memiliki akses

yang luas untuk bisa berkiprah dan berpengaruh secara

internasional. Organisasi ini harus memberikan warna

tersendiri terhadap berbagai dinamika yang berlangsung

secara global khususnya dalam isu-isu kekerasan dan

perdamaian berbasis agama. Bagi Gus Yahya ini adalah

kesempatan dirinya untuk membuka kembali ruang

tersebut. Harus ada figur mengakar dari kalangan NU yang

mampu memainkan peran NU di kancah internasional.

Benar saja, forum ini seketika me-leverage secara instan

ketokohan Gus Yahya di mata internasional.

Ketiga, sebagai negara dengan mayoritas muslim

terbesar di dunia, Indonesia tidak memiliki posisi tawar

(bargaining position) di dunia internasional khususnya

terkait dengan isu-isu keagamaan. Menurut Gus Yahya,

dalam banyak kasus Indonesia hanya menjadi Pak

Turut saja. Indonesia baru terlibat aktif bergerak jika isu

tersebut sejalan dengan kepentingan politik domestik

yang berhubungan langsung dengan kepentingan elektoral

politik. Kekuatan kelompok Muslim di Indonesia belum